numberthreeme

Mostly about Jakarta, and everything in between

Patah hati bikin nafsu makan hilang

Saya adalah food junkie. Kalau kata teman-teman, saya bisa makan apa saja dengan cepat dan lahap. Makanya ketika dulu ada orang bilang ‘gue enggak nafsu makan’ kok rasanya saya enggak percaya. Masa iya makanan enak ditolak? Kan aneh. Tinggal ngunyah bentar, kenyang, kelar.

Eh ternyata, kondisi enggak nafsu makan mampir dalam hidup saya. Putus cinta dengan cara luar biasa (selengkapnya di sini) membuat perasaan saya berantakan sejadi-jadinya. Kusut banget. Sampai-sampai saya punya dalil sendiri soal makan, begini :

“Ngunyah itu pakai energi. Ngapain repot-repot makan kalau energinya bakal kebuang juga.”

Saya jadi malas sekali sarapan. Biasanya nasi putih telor ceplok habis dalam sekejap, sekarang masuk tiga empat sendok nasi saja perut rasanya sudah penuh. Setelah sarapan, saya biasanya mandi pagi. Muntah hebat karena (mungkin) masuk angin, atau ya simple karena makanan yang baru saya makan kok ‘ganggu’ banget di dalam perut. Yang cuma tiga sendok akhirnya keluar semua. Beres mandi, saya siap-siap berangkat kerja dan malas isi perut lagi.

Makan siang juga sama, enggak semangat. Biasanya, mamah saya di rumah suka rajin bawain bekel. Tinggal makan doang, semua lauk sudah dibungkusin sekalian. Saya itu dulu (sebelum patah hati-red) punya prinsip soal makan yang diturunkan dari mamah saya : makan itu harus habis kalau enggak nasi-nya nangis. Jadi, tidak menghabiskan makanan sebenarnya adalah pantang bagi saya. Semua harus habis masuk ke perut. Sekarang, makan separuh bekal saja rasanya berat. Saya kunyah pelan sekali. Atau parahnya, tidak saya makan sama sekali. Saya nyemil buah saja atau snack saja. Sisanya minum teh pahit hangat. Sudah selesai.

Menjelang makan malam, biasanya dari jam 5 atau 6 sore perut saya sudah minta diisi. Sudah berasa lapar lagi. Sekarang? Saya buka bekal sisa tadi siang, makan sesendok, dua sendok, sambil nyelesaiin tugas kantor, makan lagi tiga sendok, kerja lagi, lalu berasa ‘kenyang’. Soal makan, saya dulu juga punya kebiasaan yang lain yaitu tidak melakukan hal lain selain makan. Makan tidak untuk disambi. Tapi kini tidak lagi. Saya makan malam cuma karena perut bunyi, bukan untuk kenyang atau dipenuh-penuhin. Kalau sudah capek ngunyah ya sudah berhenti makan. Lanjut kerja dan pulang malam.

Akhirnya saya cuma bisa membatin, “Oh, jadi ini toh yang dibilang enggak nafsu makan. Begini toh rasanya patah hati sudah diselingkuhi, ditinggal nikah, dan jadi selingkuhan. Now I know.”

patah hati bikin nafsu makan hilang

5 comments on “Patah hati bikin nafsu makan hilang

  1. Pingback: I love you, Mom. | numberthreeme

  2. dewiaminahwati
    February 12, 2016

    Jangan kan makan, mau nafas aja rasa nya susah kalo lagi patah hati 😦

    Like

    • Vera T
      February 13, 2016

      iya, betul. Saya pun banyak tarik nafas, hela nafas. ‘Lucu’ juga, rasanya sesak, susah sekali mau bernafas. But, we will be better eventually 🙂

      Liked by 1 person

      • dewiaminahwati
        February 13, 2016

        Betul sekali mbak patah hati memang amat sangat menyesakkan :’). Salam kenal yaa

        Like

      • Vera T
        February 16, 2016

        Iya salam kenal. Semangat sist….. (,”)9

        Like

Leave a comment

Information

This entry was posted on February 6, 2016 by in Life, Saya pernah patah hati and tagged .

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 240 other subscribers

Still hungry? Please say YES.

No Instagram images were found.

Categories

Posted!

Blogs I Follow

NGENDONESIA

hanya obrolan kala senggang dalam bungkus tulisan

dianagustinaphotography

Let's smile and spread it to the world

mika acelin

memories of senior high school

itsmydecember

the new journalist

Alief Workshop

Opini & Sharing Jujur dari Seorang Nubie

The Laughing Phoenix

Life through broken 3D glasses. Mostly harmless.

gelaph.com

You Will Never Cherish Saturday If You Never Meet Monday

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.